Rabu, 11 Desember 2013

Komponen dan Testing



BAB I

PENDAHULUAN 

1.1    Latar belakang
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
   Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Kapasitor adalah perangkat elektrostatik. Mereka memiliki kemampuan untuk mengisi dan menyimpan tegangan. Untuk melanjutkan analogi air kita, kapasitor akan seperti ember. Air (arus) dapat masuk ke dalam ember dan tidak akan keluar sampai ember penuh (terisi penuh). Ember dapat dibuang (dikosongkan) sesuai kebutuhan. ketika tegangan stabil ditempatkan di terminal, kapasitor akan memiliki arus yang besar pada saat pertama karena tegangan memimpin adalah sama dengan tegangan sumber.
Seiring waktu berlalu, kapasitor mulai menerima muatan listrik dan perbedaan potensial tegangan antara plat kapasitor dan terminal sumber mulai menurun, menyebabkan penurunan arus. Setelah kapasitor telah memperoleh muatan penuh, tegangan plat adalah sama dengan tegangan sumber dan arus berhenti mengalir. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian berlangsung ditentukan oleh nilai dari kapasitor dan perlawanan di sirkuit.
Hambatan( atau Resistansi ) kawat atau benda lain menentukan besarnya beda potensial yang harus diadakan antara kedua ujungnya, agar di dalam kawat mengalir arus satu ampere. Satuan hambatan ialah ohm dengan lambing Ω(omega).1Ω = 1V/A.

1.2    Tujuan
1. Untuk mengenal komponen aktif dan pasif
2.      Untuk menentukan baik buruknya kapasitor, resistor, dan transistor yang digunakan dalam percobaan
3.      Untuk mengetahui cara menentukan kaki transistor menggunakan multimeter
4.      Untuk mengetahui fungsi dasar dari kapasitor, resistor, dan transistor
5.      Untuk mengetahui cara mengukur hambatan resistor menggunakan multimeter

BAB II

DASAR TEORI

Dalam transistor hubungan baik pembawa mayoritas maupun minoritas ikut serta dalam proses. Karena itu transistor – transistor hubngan dinamakan alat bipolar (dwikutub), atau transistor hubungan bipolar, atau cukup dengan transistor bipolar. Dalam operasi normal transistor, hubungan emitter-basis dicatu maju sedangkan hubungan kolektor-basis dicatu balik. Biasanya symbol huruf E, B dan C digunakan untuk terminal – terminal emitter, basis dan kolektor. Tanda panah pada emitter menunjukkan arah aliran arus kalau hubungan emitter-basis dicatu maju. Jadi, arus masuk ke transistor lewat terminal emitter dalam transistor p-n-p, sedangkan dalam transistor n-p-n, arus keluar transistor lewat terminal emitter. Dalam kedua jenis transistor tersebut, arus – arus emitter, basis dan kolektor, berturut-turut diberi tanda    dan  yang diambil positif kalau arus mengalir ke dalam transistor. Penurunan tegangan dari emitter ke basis, dan kolektor ke emitter ditunjukkan berturut – turut oleh symbol    tegangan – tegangan ini diambil positif  kalau terminal yang ditunjukkan oleh subskrip pertama positif dibandingkan dengan terminal yang ditunjukkan oleh subskrip kedua. Arah arus acuan yang dipilih dan kutub – kutub tegangan ditunjukkan dalam gambar. Dalam keadaan normal, karena karena hubungan emitter basis dicatu maju, negatif untuk transistor n-p-n dan positif untuk transistor terhadap acuan yang dipilih. Kalau hubungan kolektor – basis dicatu balik, tegangan positif untuk transistor n-p-n dan negative untuk transistor p-n-p terhadap acuan. Catatan bahwa tanda – tanda tersebut berlawanan untuk transistor n-p-n dan p-n-p.
Pencampur dalam bentuk gas berdifusi masuk ke dalam permukaan semikonduktor membentuk daerah p yang kemudian digunakan sebagai basis transistor. Irisan ini kemudian ditutup dengan kedok (mask) dengan bukaan tertentu dan dipanaskan lagi dalam uap gas dari pencampuran jenis n. pada saat ini suatu lapisan bahan jenis n terbentuk di atas lapisan jenis p. lapisan n ini membentuk emitter dari transistor. Ini merupakan proses rombongan (batch) dan sejumlah besar transistor dapat dibuat dalam satu kali pembuatan. (Chattopadhyay. D, 1989)
Resistor mungkin adalah komponen elektronika yang paling umum digunakan. Sebagaimana namanya, tujuan mereka adalah untuk menolak aliran elektron. Sebuah setrika dan pemanggang roti adalah contoh perangkat yang menggunakan resistor sebagai komponen utama mereka. Anda dapat melihat kawat resistif dalam pemanggang roti saat mereka bersinar ketika roti panggang adalah turun. kabel ini menimbulkan panas yang memanggang roti.
            Pada kenyataannya, apa pun yang memiliki elektron mengalir melewatinya memiliki sejumlah hambatan. Konduktor memiliki resistansi beberapa, tapi begitu rendah dibandingkan dengan resistansi lain di sirkuit sehingga dapat diabaikan dalam banyak kasus. Tujuan dari resistor yang digunakan dalam rangkaian adalah untuk mengubah tingkat tegangan atau untuk mengarahkan dan mengendalikan arus. Sebagaimana melewati arus melalui resistor, tegangan jatuh di atasnya ditentukan oleh jumlah arus dan hambatan dari resistor.
            Resistor dibuat dari material yang elektron mengalami kesulitan untuk melaluinya. Kesulitan ini menghasilkan panas. Jumlah panas berbanding lurus dengan arus melalui resistor dan tegangan yang melaluinya. Panas ini disebut daya. daya yang dikonsumsi oleh resistor dapat dihitung sebagai fungsi dari tegangan dan arus, atau sebagai fungsi kuadrat arus saat perlawanan. Satuan diukur dari daya watt. Satu watt daya dikonsumsi saat resistor memiliki satu volt dan satu ampere dari arus melewatinya. Material umum yang digunakan resistor adalah karbon.
            Kapasitor adalah perangkat elektrostatik. Mereka memiliki kemampuan untuk mengisi dan menyimpan tegangan. Untuk melanjutkan analogi air kita, kapasitor akan seperti ember. Air (arus) dapat masuk ke dalam ember dan tidak akan keluar sampai ember penuh (terisi penuh). Ember dapat dibuang (dikosongkan) sesuai kebutuhan. ketika tegangan stabil ditempatkan di terminal, kapasitor akan memiliki arus yang besar pada saat pertama karena tegangan memimpin adalah sama dengan tegangan sumber. Seiring waktu berlalu, kapasitor mulai menerima muatan listrik dan perbedaan potensial tegangan antara plat kapasitor dan terminal sumber mulai menurun, menyebabkan penurunan arus. Setelah kapasitor telah memperoleh muatan penuh, tegangan plat adalah sama dengan tegangan sumber dan arus berhenti mengalir. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian berlangsung ditentukan oleh nilai dari kapasitor dan perlawanan di sirkuit.
            Kapasitor memiliki dua nilai yang menentukan karakteristik operasionalnya. mereka memiliki nilai tegangan, yang mana merupakan maksimum yang dapat dengan aman ditempatkan di seluruh perangkat. Mereka juga memiliki nilai kapasitif, yang diberi farad, satuan pengukuran untuk kapasitansi. Kapasitansi menentukan "ukuran" dari kapasitor, yaitu, seberapa cepat itu akan mengisi dan berapa  banyak saat ini dapat diletakkan ketika itu sedang dilepaskan. (David P. Beach , 1991)
Arus(I) dikatakan ada dalam suatu ruang, apabila dalam ruang itu terjadi perpindahan muatan listrik dari titik yang satu ke titik yang lain. Misalkan muatan itu mengalir dalam kawat. Baterai adalah sumber energi listrik. Jika suatu baterai tidak mengalami hilangnya energi di dalamnya, maka beda potensial di antara kedua kutubnya disebut gaya gerak listrik (ggl) baterai. Kalau tidak diberi keterangan lebih lanjut, maka beda potensial antara kedua kutub baterai dianggap sama dengan ggl-nya. Satuan ggl adalah sama dengan satuan beda potensial, yakni volt.
Hambatan( atau Resistansi ) kawat atau benda lain menentukan besarnya beda potensial yang harus diadakan antara kedua ujungnya, agar di dalam kawat mengalir arus satu ampere. Satuan hambatan ialah ohm dengan lambing Ω (omega).1Ω = 1V/A. Hukum Ohm semulanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain ialah definisi hambatan, yakni V=IR . Sering hubungan ini dinamai hukum Ohm. Akan tetapi, Ohm juga dinyatakan, bahwa R adalah suati konstanta yang tidak bergantung pada V maupun I. Bagian kedua hukum ini tidak seluruhnya benar. Hubungan V=IR dapat diterpkan pada resistor apa saja, dimana V adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir di dalamnya, sedangkan R adalah hambatan (atau resistasi) resistor tersebut.
Pengukuran Hambatan dengan Amperemeter dan Voltmeter: Arus listrik dalam rangkaian diukur dengan memasang amperemeter (berhambatan rendah) secara seri di dalamnya. Beda potensial di ukur dengan menghubungkan voltmeter (berhambatan tinggi) pada kedua ujung resistor yang sedang dicari, jadi dihubungkan secara paralel. Hambatan resistor dihitung sebagai hasil bagi penunjukan voltmeter dengan apa yang terbada pada amperemeter, sesuai hukum Ohm R=V/I. (Jikalau nilai resistansi diinginkan dengan tepat, hambatan voltmeter dan amperemeter harus ikut diperhitungan dalam rangkaian).
Beda Potensial Jepit (Voltase) baterai atau generator bila baterai memberi arus I adalah gaya gerak listrik (ggl atau E) baterai dikurangi penurunan potensial antara kedua ujung hambatan dalamnya r.
(1)               Apabila baterai menghasilkan arus (dipakai)
Potensial jepit = ggl – penurunan potensial antara kedua ujung r = ɛ - Ir
(2)               Apabila baterai menerima arus (diberi muatan)
Potensial jepit = ggl + penurunan potensial antara kedua ujung r = ɛ + Ir
(3)               Apabila tidak terjadi arus :
Potensial jepit = ggl baterai atau generator.
Resistivitas: hambatan (resistansi atau tahanan) R kawat sepanjang L dan berpenampang A adalah :         
R =     ………………………………………………….................................................(2.1)
Dimana  adalah bilangan konstan, disebut resistivitas (atau hambatan jenis) zat, dan menyatakan sifat khas zat itu. Kalau L dinyatakan dalam meter, A dalam m2 dan R dalam Ω, maka satuan  adalah Ω m.
            Resistansi merupakan fungsi suhu, jika sepotong kawat pada suhu T0 hambatannya R0, maka hambatannya R pada suhu T adalah:
                        R = R0 + αR0 ( T – T0 ) …………………………….………………... (2.2)
Dimana α disebut koefisien suhu resistansi zat kawat itu. Pada umumnya α juga merupakan fungsi suhu, sehingga hubungan di atas hanya berlaku dalam selang suhu yang cukup sempit. Satuan α ialah K-1 atau °C-1. Hubungan serupa didapat pada resistivitas yang merupakan fungsi temperatur: jika o dan  adalah resistivitas pada suhu To dan T, maka:
 =  o + α o ( T – To ) ………………………………………….....……(2.3)
              Perubahan Potensial, beda potensial antara kedua ujung sebuah hambatan R yang dialiri arus I menurut hukum Ohm adalah IR. Ujung hambatan di mana arus masuk, berpotensial tinggi, lebih tinggi dari potensial ujung yang lain. Arus listrik selalu mengalir ‘ke bawah’: dari titik berpotensial tinggi ke yang berpotensial lebih rendah, melalui hambatan tersebut.
              Kutub positif suatu baterai selalu merupakan titik berpotensial tinggi, jika hambatan dalam baterai rendah atau sama sekali dapat di abaikan. Hal ini selalu benar, dan tidak bergantung pada arah arus yang mengalir dalam baterai. Pada umumnya rangkaian dalam sebuah alat listrik terdiri dari banyak jenis komponen yang terangkai secara tidak sederhana, akan tetapi untuk mempermudah mempelajarinya biasanya jenis rangkaian itu biasa dikelompokkan dalam Rangkaian Seri dan Rangkaian  Paralel.
Beberapa resistor dirangkai untuk tujuan tertentu seperti untuk membagi arus (memperkecil arus) ataupu membagi tegangan. Hubungan Seri Resistor didapati bila arus hanya dapat mengikuti satu jalan mengaliri dua atau lebih resistor (hambatan). Untuk hubungan seri beberapa hambatan, hambatan substitusi atau hambatan ekivalennya ialah:
Rek= R1+R2+R3+……. (hubungan seri) ……………. ………………(2.4)
dimana R1, R2, R3, adalah hambatan berbagai resistor itu. Perhatikan bahwa cara mendapat kan Rek untuk hubungan seri adalah sama dengan cara mendapatkan Cek untuk hubungan paralel. Dalam hubungan seri, arus yang mengaliri tiap hambatan adalah sama. Beda potensial antara kedua ujung susunan adalah sama dengan jumlah beda potensial antara masing-masing hambatan.
Hubungan Paralel Resistor beberapa hambatan disebut berhubungan secara paralel satu dengan yang lain antara a dan b, jika salah satu ujung masing-masing hambatan berhubungan dengan a dan ujung yang lain berhubungan dengan b. Hambatan kawat penghubung diabaikan. Hambaan sustitusi atau hambatan ekivalennya ialah:
 =  +  +  + ……. (hubungan paralel) …………………………………………..(2.5)    
Rek selalu lebih kecil daripada nilai hambatan yang terkecil. Menambah hambatan secara paralel berari memperkecil Rek, dan perhatikan rumus Rek untuk hubungan paralel adalah sama seperi C­ek untuk hubungan seri. Beda potensial V pada setiap hambatan dalam hubungan paralel adalah sama. Arus yang melalui hambatan ke-n ialah Im=V/Rn, dan arus total yang masuk ke hambatan paralel adalah jumlah arus dalam setiap cabang.  (Bueche,Frederick J., 1993)
Pemahaman terhadap karakteristik-karakteristik dan aplikasi dari komponen – komponen pasif merupakan hal yang sangat penting untuk memahami cara kerja dari rangkaian – rangkaian yang digunakan dalam amplifier, osilator, filter, dan catu daya. Konsep resistansi sebagai sesuatu yang melawan arus. Bentuk – bentuk resistor konvensional mengikuti suatu “hukum garis lurus” (straight line law) ketika tegangan diplot terhadap arus dan ini memungkinkan kita untuk menggunakan resistor sebagai suatu sarana untuk mengkonversi arus menjadi jatuh tegangan, dan sebaliknya. Karena itu resistor merupakan sarana untuk mengontrol arus dan tegangan yang bekerja dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Resistor juga dapat berperan sebagai beban untuk mensimulasi keberadaan suatu rangkaian selama pengujian.
Spesifikasi – spesifikasi untuk suatu resistor umumnya meliputi nilai resistansi, nilai ketepatan atau toleransi (dikatakan sebagai penyimpangan maksimum yang diizinkan dari nilai yang tertera), dan rating daya (yang harus sama dengan atau lebih besar daripada disipasi daya maksimumnya). Nilai yang tertera pada suatu resistor bukanlah resistansi eksaknya. Penyimpangan – penyimpangan kecil dalam nilai resistansi pasti selalu terjadi akibat adanya toleransi produksi. Resistor tersedia dalam beberapa seri yang nilai-nilainya merupakan kelipatan sepuluh,dimana jumlah nilai yang diberikan setiap seri ditentukan oleh toleransinya. Untuk mencakup kisaran nilai resistansi yang sepenuhnya dengan menggunakan resistor yang bertoleransi ±20%, kita harus menyediakan enam nilai dasar (dikenal sebagai seri E6).
Rating daya resistor berkaitan dengan suhu operasi dan resistor akan mengalami penurunan rating pada suhu tinggi. Jika keandalan merupakan hal yang penting, resistor harus dioperasikan jauh di bawah nilai nominal disipasi daya maksimumnya. Resistor karbon dan resistor oksida logam umumnya ditera dengan kode-kode warna yang menunjukkan nilai dan toleransinya. Ada dua metode pengkodean warna yang umumnya digunakan; yang satu adalah dengan menggunakan empat cincin berwarna sementara yang lainnya menggunakan lima cincin warna.
Resistansi dari sebuah konduktor logam berubah-ubah menurut suhu. Karena resistansi dari bahan bertambah besar seiring dengan kenaikan suhu, karakter semacam ini dikatakan sebagai memiliki koefisien suhu positif (positive temperature coefficient/ PTC). Tidak semua bahan memiliki karakteristik PTC. Resistansi dari konduktor karbon mengecil dengan kenaikan suhu dan karenanya disebut memiliki koefisien suhu negative (negative temperature coefficient/ NTC).
Koefisien – koefisien β, γ, dst cukup kecil dan karena kita biasanya hanya berurusan dengan kisaran suhu yang relative terbatas, kita bisa mengaproksimasi karakteristik yang diperhatikan ke suatu hukum garis lurus. Pada resistor-resistor konvensional kita biasanya membutuhkan resistansi yang tetap, tidak berubah pada kisaran suhu yang lebar. Sebaliknya terdapat aplikasi-aplikasi dimana kita dapat memanfaatkan efek variasi resistansi untuk mendeteksi perubahan  suhu. Komponen-komponen yang memungkinkan kita untuk melakukan hal ini dikenal sebagai termistor.
 Resistansi suatu termistor berubah-ubah seiring dengan berubah-ubahnya suhu dan komponen ini banyak digunakan dalam penggunaan aplikasi-aplikasi seperti perubahan suhu dan kompensasi suhu. Tersedia dua jenis dasar termistor, NTC dan PTC.Termistor NTC yang tipikal memiliki resistansi yang berubah-ubah mulai dari beberapa ratus (beberapa ribu) ohm pada 25oC hingga beberapa puluh (atau beberapa ratus) ohm pada 100oC. Termistor PTC umumnya memiliki karakteristik resistansi suhu yang tetap berbentuk datar (biasanya pada suhu sekitar 100Ω ) untuk kisaran 0oC hingga sekitar 75oC. Di atas kisaran ini,dan pada suhu kritis (biasanya pada suhu kisaran 80oC hingga 120oC), resistansi termistor melonjak sangat cepat hingga mencapai, bahkan melampaui nilai 10kΩ.
Termistor PTC biasanya digunakan untuk proteksi arus lebih (over-current). dalamnya. Beda potensial di ukur dengan menghubungkan voltmeter (berhambatan tinggi) pada kedua ujung resistor yang sedang dicari, jadi dihubungkan secara paralel. Jika arus yang mengalir melalui termistor tetap berada di bawah nilai ambang, efek pemanasan-diri akan dapat diabaikan dan resistansi dari termistornya akan tetap rendah (kira-kira sama dengan resistansi pada suhu 25oC). Pada kondisi fault, arus akan melampaui nilai ambang batas dengan selisih yang besar sehingga termistor mulai mengalami pemanasan-diri. Nilai-nilai yang tipikal dari arus ambang dan arus jatuh masing-masing adalah 200mA dan 8mA untuk suatu perangkat yang memiliki resistansi normal sebesar 25Ω pada suhu 25oC.
(Michael Tooley, 2003)
 
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1      Peralatan dan Komponen
            3.1.1        Peralatan dan Fungsi
1.      Multimeter
         Fungsi       : sebagai alat yang akan digunakan untuk menguji baik buruknya suatu komponen
2. PSA     
Fungsi      : sebagai sumber tegangan
3. Kabel
Fungsi      : untuk menghubungkan rangkaian-rangkaian
4. Protoboard
Fungsi      : sebagai tempat untuk merangkai sebuah rangkaian listrik
     
           3.1.2        Komponen dan Fungsi
1.      Resistor
      Fungsi : sebagai pembatas arus listrik pada suatu beban
2.      LED
Fungsi : sebagai komponen yang akan diuji

3.2 Prosedur Percobaan
     I.    Untuk Resistor
1.      Disiapkan peralatan yang akan digunakan.
2.      Diatur multimeter digital sehingga berfungsi sebagai ohmmeter.
3.      Dihubungkan kutub positif dan kutub negatif dengan resistor 330 ± 5% Ω.
4.      Diamati dan dicatat besar hambatan yang tertera pada multimeter digital.
5.      Diulangi percobaan di atas dengan mengganti resistor menjadi 1800 ± 5% Ω, 2200 ± 5% Ω, 3300 ± 5% Ω, dan 1M ± 1% Ω
6.      Dicatat data

     II.    Untuk LED
1.      Disiapkan peralatan yang akan digunakan.
2.      Diatur multimeter Digital sehingga berfungsi sebagai Voltmeter
3.      Dihubungkan kutub positif (merah) pada anoda dan kutub negatif (hitam) pada katoda dengan tegangan 2 volt.
4.      Dihubungkan ke PSA
5.      Dihidupkan PSA dan diamati apakah LED hidup atau mati, kemudian matikan PSA untuk mencoba apakah LED masih hidup atau putus, Jika LED mati berarti LED putus.
6.      Diulangi percobaan di atas dengan mengubah tegangan 4 volt,8 volt dan 10 volt.
7.      Dicatat data

 Gambar Percobaan

DAFTAR PUSTAKA

Beach, David P. 1991. Electronics Fundamentals And Everyday Applications. United States of America : Delmar Publishers Inc.
            Pages : 24 – 30.
Bueche, Frederick J.1993.Teori Dan Soal-Soal Fisika. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
             Halaman : 213-214.
Chattopadhyay,D. 1989. Dasar Elektronika. Jakarta : UI-PRESS.
             Halaman : 134 – 151.
Tooley,Michael. 2003. Rangkaian Elektronik Prinsip Dan Rangkaian. Edisi Kedua.
             Jakarta: Erlangga.
             Halaman : 19 – 29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar