BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation, dapat diartikan penguatan intensitas cahaya oleh pemancaran
radiasi yang terstimulasi. Melalui proses stimulasi ini, cahaya yang dipancarkan
oleh laser dapat memiliki karakteristik, yakni:
1.
Monokromatik: memiliki satu panjang gelombang yang spesifik.
2. Koheren:
memiliki frekuensi yang sama.
3. Menuju
arah yang sama (sehingga menempuh garis lurus).
Karakteristik
di atas sangat berbeda dengan cahaya dari dari lampu yang cahayanya lemah
karena memiliki panjang gelombang dan frekuensi bermacam-macam, cahaya laser
memiliki sifat kuat dan terkonsentrasi. Yang dimaksud dengan cahaya dalam
istilah laser adalah gelombang elektromagnetik secara umum, sehingga “cahaya”
yang digunakan tidak hanya cahaya tampak, namun juga gelombang inframerah,
ultraungu, sinar-X dan lainnya.
Saat ini kata laser telah
menjadi perbendaharaan kata sehari-hari sehingga laser dapat juga di anggap
sebagai alat yang dapat memancarkan cahaya (gelombang elektromagnetik) yang
mempunyai sifat monokromatis, koheren, terarah dan mempunyai ingkat kecerahan
tinggi. Prinsip yang melandasi mekanisme kerja laser dapat ditelusuri lebih
lanjut dengan menelaah sifat elektron yang berada di dalam atom. Mekanisme
laser melibatkan tiga proses dasar interaksi radiasi dengan materi yaitu serapan,
emisi spontan, dan emisi terstimulasi. Pada kondisi kesetimbangan termal proses
serapan dan emisi spontan saling mengimbangi sehingga untuk menghasikan laser
maka emisi terstimulasi harus diperbesar.
Di dalam percobaan
laser ini, kita akan menggunakan education kit CA 1100 detection.. Sumber
cahaya yang digunakan adalah lampu halogen. Dari hasil percobaan ini nantinya
kita akan mengetahui panjang gelombang, frekuensi dan tegangan output yang
dihasilkan pada masing-masing warna.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui panjang gelombang,
frekuensi dan tegangan output yang dihasilkan pada masing- masing warna.
2. Untuk
mengetahui prinsip kerja laser.
3. Untuk
mengetahui aplikasi dari laser education kit CA-1100.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
LASER adalah
singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission and Radiation. Telah
diperkenalkan pada tahun 1958. Sedangkan, MASER adalah singkatan dari Microwave
Amplification by Stimulated Emission and Radiation. Telah diperkenalkan pada
tahun 1955. Kita akan membatasi pembahasan untuk LASER.
Laser banyak dipakai dalam
bidang-bidang optik, fisika, teknologi dan kedokteran. Laser digunakan untuk
menghasilkan suatu berkas cahaya tampak yang intensitasnya kuat, monokhromatis
dan koheren (dengan arah tunggal). Untuk mengerti cara kerjanya laser, maka
terlebih dahulu harus mengerti istilah-istilah seperti emisi stimulasi/pancaran
terangsang (stimulated emission), optical pumping, inversi populasi (population
inversion).
Atom-atom bebas sebagian berada
dalam keadaan dasarnya dengan tenaga E1 dan sebagian lagi dalam
keadaan tenaga terinduksi dalam keadaan tenaga tereksitasi E2. Bila
foton dengan tenaga hf = E2 - E1 menumbuk atom-atom tadi,
maka foton dapat berinteraksi dengan atom-atom dengan cara sebagai berikut ini :
foton yang datang diserap oleh suatu atom yang berada keadaan dasar E1,
sehingga menyebabkan atom tadi menjadi tereksitasi pada keadaan E2. Proses
tersebut disebut absorpsi stimulasi/terinduksi. Untuk atom-atom yang berada
dalam keadaan tereksitasi ada dua hal yang mungkin terjadi yaitu : (1) atom
dapat meluruh dengan mengadakan emisi spontan, atom mengemisikan sebuah foton
dengan tenaga hf = E2 - E1 dalam arah yang sembarang. (2)
atom dalam keadaan tereksitasi E2 akan meluruh secara emisi
terinduksi/stimulasi, dalam hal ini foton yang datang dengan tenaga hf = E2
– E1, menginduksi atom untuk meluruh dengan memancarkan sebuah
foton yang menjalar dalam arah yang sama dengan foton yang akan datang. Untuk
setiap foton yang datang akan ada dua foton yang pergi dalam arah yang sama,
sehingga diperoleh seberkas sinar koheren yang searah dan diperkuat. Untuk
sinar laser maka harus diusahakan emisi terinduksi/stimulasi yang jauh lebih
besar dari pada emisi spontan.
Andaikan suatu material yang
atom-atomnya dapat berada dalam tiga keadaan yang berbeda yaitu keadaan dasar E1
keadaan tereksitasi E3 di mana atom hanya dapat tinggal diam selama
kurang lebih 10-8 detik, keadaan menstabil E2 di mana
atom dapat tinggal diam selama kurang lebih 10-3 detik. Andaikan
foton-foton yang datang dengan energi hf ' = E3 – E1 dapat
mengangkat atom-atom dari keadaan dasar E1 ke keadaan tereksitasi E3,
tapi atom-atom yang tereksitasi tidak meluruh kembali ke E1,
melainkan atom dari keadaan E3 meluruh ke keadaan menstabil E2
yang mempunyai umur hidup jauh lebih besar daripada E3. Atom-atom
mencapai keadaan E2 jauh lebih cepat daripada mereka meninggalkan
state/keadaan E2. Hal tersebut menyebabkan keadaan E2
mengandung lebih banyak atom-atom daripada keadaan E1, sehingga
terdapat suatu inversi populasi. Proses dimana inversi populasi tercapai
disebut pemompaan optic/optical pumping.
Bila inversi populasi sudah dicapai
dank arena atom dalam keadaan menstabil E2 maka dengan menembaki
atom-atom itu dengan foton-foton yang energinya sama dengan hf = E2 –
E1 akan dihasilkan suatu emisi terinduksi yang memberikan suatu
berkas sinar koheren dengan intensitas yang kuat dan searah dengan arah
foton-foton yang datang.
Dua jenis laser yang paling popular
adalah laser ruby/batu delima dan laser helium-neon. Laser ruby terdiri dari
0,05% atom-atom Chromium (Cr) dalam aluminiumoxida (Al2O3).
Diagram tingkatan tenaga dari ion-ion Cr yang menghasilkan laser. Optical
pumping akan dihasilkan bila foton-foton datang mempunyai panjang gelombang
5500 Å yang mengangkat ion-ion Cr dari keadaan E1, ke keadaan E3,
selanjutnya meluruh ke keadaan menstabil E2, yang menghasilkan
inversi populasi (population inversion). Bila keadaan menstabil ini disinari
oleh cahaya merah dari ruby yang panjang gelombangnya 6943 Å, maka akan
dihasilkan suatu emisi terinduksi dari sinar laser yang koheren dengan
intensitas yang kuat. Dalam konstruksi dari laser ruby dipakai sumber cahya
eksternal untuk menghasilkan optical pumping. Di samping itu transisi secara
spontan sinar merah ruby dari keadaan E2 digunakan untuk emisi
terinduksi pada keadaan E2 sendiri. Pada ujung dari batang ruby
dilapisi lapisan optic sedemikian rupa sehingga berkas dipantulkan beberapa
kali sebelum dipancarkan keluar. Dengan demikian maka akan diperoleh berkas
sinar laser dengan intensitas yang tinggi.
Jenis laser lain yang sering
digunakan adalah laser dari Helium-neon (He-Ne). Laser tersebut terdiri dari
tabung yang berisikan Helium dan Neon. Dalam perbandingan 7:1 pada tekanan 1
mmHg (1 torr). Atom-atom Helium adalah dalam keadaan terksitasi pada
state-menstabil akibat tumbukan-tumbukan dengan electron-elektron dalam tabung
itu. Atom-atom He yang tereksitasi bertumbukan dengan atom-atom neon yang tidak
tereksitasi dan mentransfer tenaganya sehingga menghasilkan suatu inversi
populasi dalam atom-atom Neon. Sinar laser terjadi pada atom-atom neon ini
dengan transisi yang bersesuaian dengan panjang gelombang 6328 Å, 11523 Å, dan
3,39 µm. Bila system dalam kesetimbangan termal, maka jumlah dari atom-atom
dalam masing-masing keadaan tenaga adalah konstan. (Prof.
Dr. Muljono, 2003)
Secara umum,
untuk gas, perluasan tingkat energi lebih kecil (sedikitnya gigahertz atau
kurang), karena perluasan garis mekanik lebih lemah daripada padatan. Untuk gas
pada tekanan rendah sering menggunakan laser (sedikit Torr), termasuk tumbukan
perluasan sangat kecil, dan lebar garis walaupun secara mendasar ditentukan
oleh perluasan Doppler. Untuk alasan ini optical pumping dengan lampu yang
digunakan untuk keadaan laser padat tidak digunakan dalam gas.
Ini seharusnya, dalam faktanya, sangat
tidak efisiensi karena spektrum pemancaran lampu ini lebih atau kurang
berlanjut, dimana tidak ada penyerapan dari luar dalam material aktif. Hanya
kasus yang mana aksi laser membuat suatu gas ole rata-rata optical pumping
jenis ini bahwa Cs dipompa oleh suatu lampu linier mengandung He. Dalam kasus
ini situasi menenagkan baik untuk optical pumping karena beberapa pemancaran
garis He diteruskan dengan penyerapan garis Cs. Betapapun, pentingnya laser ini
terbaring lebih dalam prosedurnya secara nyata : Cs, yang mana menguap pada
suatu suhu 175 oC, merupakan suatu zat reaktif yang sangat tinggi.
Untuk pemberhentian arus, banyaknya
proses eksitasi ini dan deksitasi akhirnya menjalani beberapa distribusi
kesetimbangan populasi di antara tingkat energi terbangun. Dengan demikian ini
dapat dilihat bahwa produksi duatu inversi populasi dalam suatu gas lebih rumit
prosesnya daripada keadaan laser padatan, berhutang bilangan besar fenomena
yang rumit. Pada umumnya kita dapat mengatakan bahwa suatu inversi populasi
antara dua tingkat akan terjadi ketika keduanya terjadi mengikuti lingkungan
sekitar: (i) laju eksitasi lebih besar untuk tingkat laser tertinggi daripada
untuk tingkat laser terendah, dan (ii) peluruhan tingkat laser tertinggi lebih
lambat daripada untuk tingkat laser terendah. Kita mengulang lagi yang terakhir
bahwa sebuah kondisi yang penting untuk operasi cw. Jika kondisi ini tidak
memuaskan, namun, aksi laser masih dapat terjadi operasi pulsa terendah
menyediakan kondisi (i) dipenuhkan (kesudahan laser itu sendiri). (Orazio
Svelto, 1982)
Setiap atom/molekul memiliki
tingkat-tingkat energi, elektron hanya diperbolehkan berada di tingkat energi tersebut.
Jika elektron berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi lain maka
kita mengatakan atom/molekul mengalami
transisi. Transisi ke tingkat energi lebih tinggi disebut eksitasi dan
transisi ke tingkat energi lebih rendah disebut deeksitasi.
Proses-proses transisi
dalam atom/molekul antara lain serapan imbas (induction absorption), pancaran
spontan (Spontaneous Emission) dan pancaran terstimulasi (Stimulated Emission).
Jika sebuah atom/molekul melakukan transisi dari keadaan E1 ke keadaan E2 yang
aras energinya lebih tinggi maka atom menyerap foton berenergi hv. Energi serap
ini sama dengan selisih kedua aras energi. Proses ini disebut serapan terimbas.
Proses sebaliknya dapat
pula terjadi yaitu atom atau molekul yang berada di keadaan E2 melakukan
transisi ke keadaan E1 dengan memancarkan foton berenergi sama dengan selisih
kedua aras energi. Ada dua kemungkinan terjadinya transisi dari keadaan E2 ke
keadaan E1.
Kemungkinan pertama
adalah atom/molekul yang berada di keadaan E2 melakukan transisi secara spontan
ke keadaan E1. Proses demikian disebut pancaran spontan. Kemungkinan kedua adalah
transisi terjadi karena dirangsang oleh foton yang datang pada atom/molekul.
Proses demikian disebut pancaran terstimulasi. Dalam Laser proses pancaran terangsang
harus dominan. Misalkan populasi atom/molekul yang berada pada tingkat energi
E1 adalah N1. Lalu sebuah atom menyerap foton berfrekuensi 𝑣.
Populasi N1 akan berkurang
seiring dengan atom-atom yang mengalami eksitasi, jumlah atom yang tereksitasi
sebanding dengan intensitas foton datang. Cacah atom/molekul yang mengalami
transisi dapat dituliskan 𝐵12
𝐼 𝑣 dengan 𝐼 𝑣 adalah
intensitas foton yang diserap dan 𝐵12
adalah koefisien serapan Einstein.
Misalkan populasi
atom/molekul yang berada pada keadaan tereksitasi di tingkat energi E2 adalah
N2. Atom/molekul ini akan mengalami transisi deeksitasi ke tingkat energi dasar E1 dan memancarkan radiasi
foton (karena E2 > E1). Proses ini terjadi tanpa
pengaruh dari luar (lingkungan sistem) dan disebut sebagai emisi spontan.
Akibat adanya emisi
spontan ini maka populasi atom/molekul yang berada pada keadaan E2 berkurang.
Laju pancaran spontan tergantung pada populasi atom/molekul di E2. Jika laju
pancaran spontan adalah 𝐴21
(disebut juga koefisien pancaran spontan Einstein) sedang N2 adalah populasi
atom/molekul yang berada pada keadaan E2. Atom/molekul yang mengalami
deeksitasi tidak hanya terjadi secara spontan, bisa juga terjadi karena ada
foton yang mengenai atom/molekul tersebut. Jika atom/molekul yang berada pada
keadaan tereksitasi (tingkat energi E2).
Laser bisa dibuat hanya
jika N2 > N1 yang tentu saja tidak alamiah, keadaan terbalik seperti ini
disebut inversi
populasi. Inversi populasi ini harus dipertahankan selama laser bekerja.
Cara untuk memperoleh inversi populasi disebut pemompaan (pumping) antara lain dengan cara Pumping Elektris (memasang
tegangan tinggi) dan Pumping Optis (disinari dengan cahaya). Pemompaan elektris
adalah penembakan elektron melalui lucutan listrik, sedang pemompaan optis
dengan cara penembakan foton. Untuk menuju keadaan inversi populasi pemompaan
ini harus melakukan pemindahan atom ke tingkat eksitasi dengan laju yang lebih
cepat dibandingkan dengan laju emisi spontannya. Hal ini dapat dilakukan jika
menggunakan medium laser yang atom-atomnya memiliki tingkat energi yang metastabil.
Keadaan metastabil ini waktunya relatif lebih lama sebelum terdeeksitasi
dibandingkan dengan umurnya di tingkat eksitasi yang lain. Dengan demikian pada
saat pemompaan terus berlangsung, terjadi penumpukan di tingkat metastabil,
populasinya akan lebih padat dibandingkan dengan populasi tingkat energi di
bawahnya.
Bila suatu saat secara
spontan dipancarkan satu foton saja yang berenergi sama dengan selisih energi
antara tingkat metastabil dengan tingkat dasar, ia akan memicu dan mengajak
atom-atom lain di tingkat metastabil untuk kembali ke tingkat dasar. Akibatnya
atom-atom itu melepaskan foton-foton yang energi dan fasenya persis sama dengan
foton yang mengajaknya tadi, terjadilah laser. Proses demikian inilah yang
banyak terjadi pada jenis laser seperti laser ruby dan laser-laser gas. Pada laser cara pemompaan optis ini
laser ini dihasilkan melalui transisi atom dari tingkat metastabil ke tingkat energi
dasar. Pemompaan optisnya dilakukan dengan menempatkan batang ruby di dalam
tabung yang dapat menghasilkan kilatan cahaya. Foton-foton yang dihasilkan
tabung ini akan bertumbukan dengan atomatom/ molekul dalam ruby, mengakibatkan
eksitasi besar-besaran ke pita tingkat energi tinggi. Dengan cepat ion-ion itu
meluruh ke tingkat metastabil, di tingkat ini mereka berumur kira-kira 0,005
detik, suatu selang waktu yang relatif cukup panjang dibanding dengan waktu
rata atom mengalami eksitasi. sebelum mereka kembali ke tingkat energi dasar.
Tentu saja pemompaan terjadi dengan laju yang lebih cepat dibanding selang waktu
tersebut sehingga terjadi inversi populasi. Setelah terjadi satu saja pancaran
spontan, maka beramai-ramailah atom yang lain melakukan hal yang sama, dan
mereka semua memancarkan foton dengan energi dan fase yang sama, yaitu laser.
Jika pada laser ini
dibuatkan rongga resonansi optis maka cacah foton yang dipancarkan dapat dibuat
banyak sekali. Rongga resonansinya adalah batang ruby itu sendiri. Batang
tersebut harus dipotong dan digosok rata di kedua ujungnya. Kedua ujung juga
harus betul-betul sejajar, yang satu dilapisi tebal dengan perak dan satunya lagi
tipis- tipis saja. Akibatnya rapat energi foton makin lama makin besar dengan
terjadinya pemantulan berulang-ulang yang dilakukan kedua ujung batang ruby,
sampai suatu saat ujung yang berlapis tipis tidak mampu lagi memantulkan foton
yang datang, sehingga tumpahlah foton-foton dari ujung tersebut sebagai sinar
yang kuat, monokromatik dan koheren yang tidak lain adalah laser. Pada saat
pancaran terangsang berlangsung, tentu saja tingkat metastabil akan cepat
sekali berkurang populasinya. Akibatnya keluaran laser terdiri dari pulsa-pulsa
berintensitas tinggi yang selangnya masing-masing sekitar beberapa nanodetik
sampai milidetik.
Sistem laser dengan
pemompaan elektris menggunakan gas sebagai media. Gas yang dipakai bisa terdiri
dari satu atau lebih jenis gas yang ditempatkan dalam tabung. Kedua ujung
tabung dipasangi elektroda yang diberi tegangan listrik tinggi. Tegangan
listrik tinggi ini membuat lucutan elektron yang bergerak dari katoda ke anoda melewati
atom-atom gas. Elektron yang menumbuk atom gas memberikan energi ke atom
tersebut. Dalam keadaan normal atom gas berada di tingkat energi dasarnya, pada
saat elektron lucutan menumbuk atom gas ia mendapatkan energi untuk tereksitasi
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Kedua ujung tabung juga dapat dipasangi
cermin agar foton yang teremisi dapat mengalami pemantulan bolak-balik yang
tentunya juga dapat mengeksitasi atom gas lainnya. Dengan demikian inversi
populasi akan bisa diperoleh dan kondisi untuk menghasilkan laser terpenuhi.
(http://docslide.net/documents/konsep-dasar-laser.html.#sthash.GST35xgi.dpuf.)
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Peralatan Dan Fungsi
1.
Rel Datar
Fungsi : sebagai tempat dudukan komponen
percobaan.
2. Lampu Halogen
Fungsi : sebagai sumber cahaya.
3. Collimating dan fokus optik
Fungsi : sebagai alat untuk memfokuskan
sinar yang masuk.
4. Panjang gelombang pemisah
Fungsi : sebagai pemisah gelombang dan
pengatur panjang gelombang tiap warna yang
dihasilkan.
5. Beam pembentuk dan optik
Fungsi : sebagai pembentuk cahaya pada
optik.
6. Light chopper
Fungsi : untuk memfokuskan dan
memaksimalkan cahaya.
7. Fotodetektor termoelektrik
Fungsi : sebagai pendeteksi jumlah
tegangan dari tiap warna yang dihasilkan.
8. Amplifier
Fungsi : sebagai pengatur intensitas
cahaya dari lampu halogen.
9. Kontrol elektronik
Fungsi : sebagai pengatur frekuensi pada
light chooper.
10.
Multimeter
Fungsi : sebagai pengukur tegangan dari
tiap warna yang dihasilkan.
11.
Filter holder
Fungsi : sebagai tempat dudukan filter BG
39.
12.
Filter BG 39
Fungsi : untuk menyaring frekuensi dalam
bentuk long pass filter.
13.
Kabel penghubung
Fungsi : untuk menghubungkan fotodetektor
termoelektrik ke multimeter.
3.2
Prosedur Percobaan
3.2.1 Foto Detektor Termoelektrik tanpa
Menggunakan Filter
1.
Disediakan peralatan.
2.
Dirangkai peralatan seperti pada gambar berikut ini:
3. Dihubungkan fotodetektor termoelektrik ke
multimeter dengan kabel penghubung.
4. Dihubungkan peralatan ke arus PLN dan
dihidupkan semua peralatan.
5. Dihidupkan lampu halogen.
6. Diatur frekuensi pada light chooper agar
cahaya difokuskan dan dimaksimalkan.
7. Diatur panjang gelombang pada panjang
gelombang pemisah.
8. Dideteksi cahaya dan ditentukan panjang
gelombang masing-masing.
9. Dihitung tegangan yang keluar.
10. Dicatat data.
3.2.2 Foto Detektor Termoelektrik dengan Menggunakan Filter
1.
Disediakan peralatan.
2.
Dirangkai peralatan seperti pada gambar berikut ini:
3. Dihubungkan fotodetektor termoelektrik ke
multimeter dengan kabel penghubung.
4. Diletakkan filter BG 39 pada filter holder.
5. Dihubungkan peralatan ke arus PLN dan
dihidupkan semua peralatan.
6. Dihidupkan lampu halogen.
7. Diatur frekuensi pada light chooper agar
cahaya difokuskan dan dimaksimalkan.
8. Diatur panjang gelombang pada panjang
gelombang pemisah.
9. Dideteksi cahaya dan ditentukan panjang
gelombang masing-masing.
10. Dihitung tegangan yang
keluar.
11. Dicatat data.
DAFTAR
PUSTAKA
Muljono, Prof. Dr. 2003. “FISIKA
MODERN”. Yogyakarta : ANDI.
Halaman
: 87-91
Svelto, Orazio. 1982. “PRINCIPLES OF
LASERS”. Second Edition. New York : Plenum Press.
Pages : 205-207
http://docslide.net/documents/konsep-dasar-laser.html.#sthash.GST35xgi.dpuf
Diakses pada tanggal : 13 November 2014
Pukul : 21.09 WIB
Using RentalCars you can discover affordable car hire from over 49000 international locations.
BalasHapus