BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elemen radioaktif dipancarkan dua jenis
radiasi. Salah satu tidak dapat menetrasi suatu potongan kertas; ini disebut
radiasi alpa (α), setelah huruf pertama dalam abjad Yunani. Yang lain dapat
melewati semester udara atau lempengan logam tipis; ini dinamakan radiasi beta
(β), setelah huruf kedua dalam abjad Yunani.
Pada tahun 1900 banyak
eksperimentalis menunjukkan bahwa radiasi beta dapat dibelokkan oleh medan
magnetik, memperlihatkan bahwa itu merupakan suatu muatan partikel phenomenon.
Partikel ini mempunyai muatan negative dan muatan yang sama dibanding massa
sebagai penemuan elektron secara terbaru . Kemudian ini disimpulkan bahwa
partikel beta ini, dalam faktanya, elektron dipancarkan oleh inti.
Jenis radiasi yang
ketiga ditemukan pada tahun 1900. Secara alami, ini dinamakan setelah huruf
ketiga dalam abjad Yunani dan dikenal sebagai radiasi gamma (γ). Radiasi ini
mempunyai daya penetrasi yang sangat tinggi; itu dapat melewati banyak meter
udara atau melewati dinding yang tebal. Radiasi gamma tidak dipengaruhi oleh
medan listrik. Radioaktivitas
terbagi atas: radioaktivitas alam yang ditunjukkan oleh elemen-elemen yang
ditemukan di dalam alam. Radioaktivitas alam selalu ditemukan dalam
elemen-elemen berat dalam table periodik. Radioaktivitas buatan dengan
menggunakan teknik modern maka transmutasi buatan dari elemen dapat dilakukan
dan menghasilkan radioaktivitas pada elemen-elemen yang lebih ringan dari pada
elemen-elemen radioaktivitas alam.
Dalam hal ini, kita akan melakukan percobaan sifat radioaktif
karena melalui percobaan ini kita ingin mengetahui sifat-sifat dari radioaktif
tersebut. Kita akan menggunakan tabung Geiger Muller (GM) dimana sumber cahaya
yang digunakan adalah Am-241, Sr-90, dan Co-60. Dari hasil percobaan tersebut
nanti kita juga akan mengetahui pengaruh absorber terhadap nilai pencacahan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat- sifat
radioaktif
2. Untuk mengetahui jenis- jenis
peluruhan radioaktif
3. Untuk mengetahui aplikasi dari
radioaktif
4. Untuk mengetahui pengaruh absorber
terhadap nilai pencacahan
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Pada tahun 1896 Becquerel menemukan
bahwa suatu senyawa uranium mempengaruhi suatu pelat fotografi terbungkus dalam
kertas pembuktian cahaya, dan dia menyebutnya radioaktivitas phenomenon.
Radiasi dari uranium dipisahkan ke dalam tiga komponen ketika suatu medan
magnetik B diberikan tegak lurus ke hulu radiasi, dan mereka disebut sinar
alpa, beta, dan gamma. Sinar alpa dan sinar beta dibelokkan oleh medan dan
dengan demikian secara tepat mengisi partikel, tetapi sinar gamma tidak
dipengaruhi.
Sinar beta dan sinar
gamma oleh pembelokan partikel beta tegak lurus dengan medan magnetik dan medan
listrik, perbandingan massa dan muatan mereka dapat ditentukan. Ini serupa
dengan eksperimen Thomson. Eksperimen ini menunjukkan bahwa partikel beta
merupakan elektron yang bergerak pada kecepatan tinggi.
Secara umum, partikel
beta mempunyai suatu daya penetrasi material lebih besar daripada partikel
alpa. Ini berkaitan dengan ionisasi udara lebih lemah oleh partikel beta
dibandingkan dengan partikel alpa, jadi energi mereka hilang sedikit secara
cepat daripada partikel alpa dan jika mereka lewat terlalu jauh.
Sinar gamma alami
ditunjukkan oleh eksperimen dengan kristal. Fenomena pembiasan dijelaskan dalam
kasus ini, yang mana menyarankan sinar gamma merupakan gelombang
elektromagnetik. Pengukuran panjang gelombang mereka, oleh teknik spesial
dengan kristal, menunjuk mereka lebih pendek daripada panjang gelombang sinar
X. Sinar gamma dapat menetrasi logam yang ketebalannya lebih besar, tetapi
mereka mempunyai daya mengionisasi kurang jauh dalam gas daripada partikel
beta.
Pada tahun 1930 Bothe
dan Becker menemukan bahwa suatu radiasi sangat penetrasi dihasilkan ketika
partikel alpa berada pada peristiwa berilium. Radiasi tidak mempunyai muatan
karena itu jadi bisa melewati radiasi gamma yang sangat hebat energinya. Pada
tahun 1932 Curie-Juliot menempatkan suatu blok paraffin di depan radiasi
penetrasi, dan menunjukkan bahwa pertimbangan jarak proton ditolak dari
paraffin. Energi radiasi dapat dihitung dari jarak penolakan proton, dan itu
kemudian ditemukan dengan kemungkinan yang tinggi.
Pada tahun 1932
Chadwick mengukur kecepatan proton ketia mereka ditolak oleh penetrasi radiasi
dari material seperti paraffin yang mengandung hidrogen. Dia menggunakan
polonium A sebagai suatu sumber partikel alpa dan tidak diketahui radiasi X
dibangun oleh dampak berilium B yang kemudian terjadi pada paraffin C.
Kecepatan proton tertolak dari C yang dapat ditemukan dari jarak mereka dalam
udara, yang mana ditentukan oleh banyaknya penempatan ketebalan penyerapan
lempengan aluminium D di depan suatu tempat pengionisasian E sampai tidak ada
efek yang dihasilkan di sana. Dengan kalibrasi ketebalan lempengan aluminium
sebelumnya diistilahkan dalam ketebalan udara, jarak dalam udara ditemukan.
Suatu partikel beta,
suatu elektron, dan suatu sinar gamma, suatu gelombang elektromagnetik, hanya
mempunyai dampak yang kecil dalam massa suatu inti ketika mereka dipancarkan.
Suatu partikel beta mempunyai muatan –e. Sekarang thorium mempunyai suatu
muatan inti +90e dan nomor massa 234, dan memancarkan sinar beta dan sinar
gamma. Dengan akibatnya nomor massa tidak ada, tetapi muatan inti meningkat ke
+91e, dan jika suatu elemen baru dibentuk nomor atom 91. Ini merupakan isotop
protatinium secara tepat. Simbol elemen baru terbentuk ditunjukkan dalam kurung
pada kolom elemen dalam tabel. Satuannya mengandung isotope Pb yang paling
banyak, thorium Th dan bismuth Bi, elemen yang mana mempunyai nomor atom yang
sama tetapi nomor massa yang berbeda.
Peluruhan radioaktivitas, yang
menghasilkan pemancaran dari partikel alpa, beta, dan sinar gamma
merupakansuatu proses yang acak. Kita tidak meramalkan atom akan meluruh pada
suatu fakta yang praktis. Semuanya kita tahu bahwa laju rata-rata pemancaran
dari suatu contoh radioaktif yang ideal pada bilangan tidak mengubah atom yang
menghadirkannya secara praktis. Pada perhitungan acak yang pemancarannya alami,
perhitungan nomor pemancaran dalam pemberian waktu seperti satu menit yang akan
ditemukan fluktuasinya, walaupun sumber aktivitasnya konstan. Ini baik
diilustrasikan oleh radiasi layar yang berkaitan dengan sinar kosmik ketika
mereka dibelokkan oleh suatu tabung G-M dan skalar. Radiasi dapat dipertimbangkan
berkaitan dengan sumber aktivitas konstan yang lebih merupakan keaslian dari
sinar kosmik yang memasuki atmosfer bumi. Dalam kasus ini, perhitungan membuat
fluktuasi dalam konsekutif menit setelah dipertimbangkan. Dalam cara yang sama,
pencacah per menit dalam eksperimen dengan sumber radiasi laboratorium akan
memfluktuasikan, meskipun tidak sebanyak kasus sinar kosmik yang mana merupakan
suatu sumber relativitas yang lemah. (M. Nelkon, 2000)
Seperti atom yang tereksitasi begitu
juga inti yang tereksitasi dapat memancarkan foton. Sinar gamma dari inti yang
tereksitasi. Sebuah inti dapat berada dalam keadaan ikat yang energinya lebih
tinggi daripada keadaan dasar, seperti juga atom bisa berada berada dalam
keadaan seperti itu. Inti tereksitasi diberi tanda bintang setelah lambang yang
biasa dipakai, misalnya Sr*. Inti tereksitasi kembali ke keadaan dasar dengan
memancarkan foton yang energinya bersesuaian dengan perbedaan energi antara
berbagai keadaan awal dan keadaan akhir dalam transisi yang bersangkutan. Foton
yang dipancarkan oleh inti daerah energinya berbeda-beda hingga mencapai
beberapa MeV dan secara tradisional disebut sinar gamma.
Hubungan sederhana
antara tingkat energi dan skema peluruhan ditunjukkan dengan perubahan
peluruhan beta Mg menjadi Al. Umur paro peluruhan itu ialah 9,5 menit, dan
dapat terjadi ke salah satu dari kedua tingkat eksitasi Al. Inti Al* yang
dihasilkan mengalami dua peluruhan gamma untuk mencapai keadaan dasar.
Konversi internal.
Sebagai alternatif dari peluruhan gamma untuk beberapa kasus inti tereksitasi
dapat kembali dalam keadaan dasar dengan memberikan energi eksitasinya ke salah
satu elektron orbital di sekelilingnya. Kita dapat membayangkan proses yang
dikenal sebagai konversi internal ini sebagai sejenis efek fotolistrik di mana
sebuah foton nuklir diserap oleh elektron atomik; lebih cocok dengan eksperimen
jika kita menganggap konversi internal menyatakan transfer langsung energi
eksitasi dari sebuah inti ke sebuah elektron. Elektron yang terpancar memiliki
energi kinetik sama dengan energi eksitasi nuklir yang hilang dikurangi energi
ikat elektron itu dalam sebuah atom.
Isomer mempunyai umur
panjang. Kebanyakan inti tereksitasi memiliki umur paro yang pendek terhadap
peluruhan gamma, tetapi beberapa tetap tereksitasi selama beberapa jam. Inti
tereksitasi yang berumur panjang disebut isomer dari inti yang sama dalam
keadaan dasar. Inti tereksitasi Sr* memiliki umur paro 2,8 jam sehingga bisa
disebut isomer Sr.
Pada tahun 1895
Roentgen mendeteksi sinar X dengan fluorosensi yang ditimbulkannya dalam bahan
tertentu. Ketika Henri Becquerel mempelajari hal itu pada awal tahun 1896, ia
mempersoalkan apakah proses baliknya dapat terjadi yaitu dengan intensitas
tinggi, cahayanya menstimulasi bahan fluoresen untuk menghasilkan sinar X. Ia
meletakkan garam uranium pada pelat fotografik yang ditutupi kertas hitam,
kemudian sistem ini disinari oleh cahaya matahari. Ia mendapatkan bahwa pelat
fotografi itu seperti berkabut sesudah dicuci. Selanjutnya Becquerel mencoba
mengulangi eksperimen itu tetapi awan menutupi matahari untuk beberapa hari.
Namun, ketika ia mencuci pelat fotografi tersebut dengan harapan bahwa pelat
itu bening, ternyata pelat itu tetap seperti berkabut seperti semula. Dalam
waktu singkat dia menemukan sumber radiasi yang mempunyai daya tembus itu ialah
uranium yang terdapat dalam garam fluoresen. Ia juga dapat memperlihatkan bahwa
radiasi itu dapat mengionisasi gas dan sebagian radiasi itu terdiri dari
partikel bermuatan yang bergerak cepat.
Selang beberapa waktu
setelah itu, Pierre dan Marie Curie ketika sedang melakukan ekstraksi uranium
bahan tambang pitchblende dalam laboratorium yang sama, telah menemukan dua
unsur lain yang juga radioaktif. Unsur yang pertama dinamakan polonium sesuai
dengan negara asal Marie Curie yaitu Polandia. Unsur yang kedua ternyata seribu
kali lebih radiaoaktif daripada uranium, disebut radium. Karena inti
memancarkan partikel, itu merupakan keadaan alami untuk mengasumsikan yang
intinya berada di dalam partikel.
Tidak tampak tetapi
berbahaya. Radiasi ionisasi berbahaya bagi makhluk hidup. Seperti sinar X
berbagai radiasi dari radionuklide dapat
mengionisasi materi yang dilaluinya. Semula radiasi ionisasi berbahaya bagi
jaringan hidup, walaupun jika kerusakannya sedikit, jaringan tersebut masih
dapat memperbaiki dirinya sendiri sehingga tidak ada pengaruh yang permanen.
Mudah sekali kita melalaikan bahaya radiasi karena biasanya ada penundaan,
kadang-kadang sampai bertahun-tahun, antara pendedahan dan akibat yang mungkin,
termasuk kanker, leukimia, perubahan genetik yang dapat mengakibatkan berbagai
cacat pada anak-anak.
Radioaktivitas suatu
unsur timbul dari radioaktivitas satu atau lebih isotopnya. Banyak sekali unsur dalam alam tidak mempunyai isotop radioaktif,
walaupun demikian, isotop itu tersebut dapat disiapkan supaya menjadi
radioaktif secara artifisial (buatan)
dan dapat berguna dalam penelitian biologi dan kedokteran sebagai “perunut”.
Prosedurnya ialah dengan menggabungkan radionuklide dalam senyawa kimiawi dan
mengikuti apa yang terjadi pada senyawa itu dalam organisme hidup dengan
memantau radiasi dari nuklide itu. Unsur lain seperti kalium memiliki isotop
mantap dan beberapa isotop radioaktif; beberapa unsur lain seperti uranium,
hanya memliki isotop radioaktif. (Arthur Beiser, 2004)
Elemen radioaktif dipancarkan dua jenis
radiasi. Salah satu tidak dapat menetrasi suatu potongan kertas; ini disebut
radiasi alpa (α), setelah huruf pertama dalam abjad Yunani. Yang lain dapat
melewati semester udara atau lempengan logam tipis; ini dinamakan radiasi beta
(β), setelah huruf kedua dalam abjad Yunani.
Pada tahun 1900 banyak
eksperimentalis menunjukkan bahwa radiasi beta dapat dibelokkan oleh medan
magnetik, memperlihatkan bahwa itu merupakan suatu muatan partikel phenomenon.
Partikel ini mempunyai muatan negative dan muatan yang sama dibanding massa
sebagai penemuan elektron secara terbaru . Kemudian ini disimpulkan bahwa
partikel beta ini, dalam faktanya, elektron dipancarkan oleh inti.
Pada tahun 1903,
Rutherford menunjukkan bahwa radiasi alpa dapat juga dibelokkan oleh medan
magnetik dan bahwa partikel ini mempunyai suatu muatan sebesar +2. Karena
mereka mempunyai suatu muatan lebih besar daripada elektron dan sebelumnya
sangat sulit untuk dibelokkan, itu disimpulkan bahwa mereka lebih banyak secara
besar-besaran daripada elektron. Enam tahun kemudian Rutherford dapat
menunjukkan bahwa partikel alpa merupakan inti dari atom helium.
Jenis radiasi yang
ketiga ditemukan pada tahun 1900. Secara alami, ini dinamakan setelah huruf
ketiga dalam abjad Yunani dan dikenal sebagai radiasi gamma (γ). Radiasi ini
mempunyai daya penetrasi yang sangat tinggi; itu dapat melewati banyak meter
udara atau melewati dinding yang tebal. Tidak seperti dua jenis radiasi yang
lainnya, radiasi gamma tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnetik.
Sinar gamma, seperti sinar-X, sekarang dikenal menjadi energi foton yang
tinggi. Meskipun jarak energi mereka saling melengkapi, foton sinar gamma
biasanya mempunyai banyak energi daripada foton sinar-X, yang mana, banyak
energi daripada foton cahaya tampak.
Maxwell dapat
menunjukkan bahwa ini merupakan konsekuensi dari persamaan yang dia dan lainnya
mengembangkan untuk menggambarkan banyak koneksi antara listrik dan magnetik.
Persamaan ini disebut persamaan Maxwell dalam kontribusinya. Sinar beta dan
sinar gamma oleh pembelokan partikel beta tegak lurus dengan medan magnetik dan
medan listrik, perbandingan massa dan muatan mereka dapat ditentukan. Ini
serupa dengan eksperimen Thomson. Eksperimen ini menunjukkan bahwa partikel
beta merupakan elektron yang bergerak pada kecepatan tinggi. Secara umum,
partikel beta mempunyai suatu daya penetrasi material lebih besar daripada
partikel alpa. Ini berkaitan dengan ionisasi udara lebih lemah oleh partikel
beta dibandingkan dengan partikel alpa, jadi energi mereka hilang sedikit
secara cepat daripada partikel alpa dan jika mereka lewat terlalu jauh.
Radioaktivitas merupakan
suatu inti phenomenon menunjukkan bahwa inti mempunyai suatu struktur internal.
Karena inti memancarkan partikel, itu merupakan keadaan alami untuk
mengasumsikan yang intinya berada di dalam partikel. Radioaktivitas, yang
menghasilkan pemancaran dari partikel alpa, beta, dan sinar gamma
merupakansuatu proses yang acak. Kita tidak meramalkan atom akan meluruh pada
suatu fakta yang praktis. Semuanya kita tahu bahwa laju rata-rata pemancaran
dari suatu contoh radioaktif yang ideal pada bilangan tidak mengubah atom yang
menghadirkannya secara praktis.
Inti memancarkan sinar
gamma tanpa mengubah identitas mereka, karena sinar gamma merupakan energi
foton yang tinggi dan tanpa membawa muatan. Inti mempunyai tingkat energi yang
berlainan analog ke dalam atom itu. Jika inti tidak dalam keadaan dibumikan,
itu mungkin mengubah keadaan energi terendah dengan pemancaran sinar gamma. Ini
sering terjadi setelah suatu inti mengalami satu dari jenis peluruhan lainnya
menjadi suatu keadaan eksitasi anak inti. Anak inti merupakan satu elemen lebih
tinggi dalam grafik periodic dan mempunyai nomor inti yang sama. Akan tetapi,
anak inti merupakan milik elemen yang lebih rendah dalam tabel periodik dan
mempunyai nomor inti yang sama sebagai induknya. Proses ini dideteksi oleh
pengamatan atomik sinar X yang diberikan ketika elektron terluar terlempar
mengisi keadaan energi yang dikosongkan oleh penangkapan elektron.
Kita semua pasti sudah
kenal dengan sinar X, dari mengunjungi dokter umum atau dokter gigi. Sinar X
mempunyai frekuensi tinggi dan mudah meluruh. Mereka dihasilkan oleh percepatan
muatan partikel dalam mesin sinar X dan secara alami oleh atom. Sinar gamma
merupakan radiasi berfrekuensi tinggi yang berasal dari inti. (Gerald
F. Wheeler, 1997)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
1.
Tabung Geiger Muler (GM)
Fungsi : sebagai alat pendeteksi dan pengukur radiasi nuklir
2.
Scaller (Ratemeter)
Fungsi
: untuk menampilkan pembacaan hasil laju pencacahan.
3.
Stopwatch
Fungsi
: untuk menghitung lamanya waktu
pencacahan
4.
Kabel Croaxial
Fungsi
: untuk menghubungkhan tabung GM dengan scaler
5.
Rak Tabung
Fungsi : sebagai penyangga tabung Geiger Muller, unsur
radioaktif dan absorber.
6.
Penjepit (Pinset)
Fungsi
: sebagai alat untuk mengambil bahan radioaktif
7.
Serbet/Tissu
Fungsi
: untuk membersihkan peralatan yang
telah digunakan
8.
Sarung Tangan
Fungsi : sebagai pelindung tangan dari kontak langsung dengan unsur
radioaktif.
9.
Absorber
a. Absorber
Kertas
Fungsi
: sebagai bahan penyerap radiasi
alfa
b.
Absorber aluminium
Fungsi : sebagai
bahan penyerap radiasi beta
c. Absorber
Timbal
Fungsi : sebagai bahan penyerap
radiasi gamma
10.
Masker
Fungsi
: sebagai penyaring udara dari
kontaminan unsur radioaktif
dan lain sebagainya yang akan terhisap tubuh.
3.2 Bahan
1.
Am-241
Berfungsi sebagai bahan radioaktif
untuk sumber radiasi α
2.
Sr-90
Berfungsi sebagai bahan radioaktif
untuk sumber radiasi β
3.
Co-60
Berfungsi sebagai bahan radioaktif
untuk sumber radiasi γ
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Tanpa Unsur Tanpa Absorber
1.
Disiapkan peralatan di atas meja percobaan
2.
Dihubungkan scaller dengan Tabung Geiger Muller
3.
Dihidupkan Scaller dan ditunggu beberapa saat sampai
tegangan stabil
4.
Diukur cacah background(tanpa unsur radiaktif dan
absorber) dengan menggunakan scaler sebanyak 3 kali
5.
Dicatat hasil pada percobaan
3.3.2 Am-241 dengan Absorber Kertas
1.
Disiapkan peralatan di atas meja percobaaan
2.
Dihubungkan scaler dengan tabung Geiger Muller
3.
Dihidupkan scaler dan ditunggu beberapa saat sampai
tegangan stabil
4.
Diletakkan unsure Am -241 pada rak tabung GM
5.
Diukur pencacahannya tanpa absorber sebanyak 3 kali
6.
Dicatat hasilnya pada data percobaan
7.
Diletakkan absorber kertas pada rak tabung GM tepat di
atas unsure Am-241
8.
Diukur cacah background dengan menggunakan scaler
sebanyak 3 kali
9.
Dicatat hasilnya pada data percobaan
3.3.3 Sr-90 dengan Absorber Kertas dan Absorber
Alumunium
1.
Disiapkan peralatan di atas meja percobaaan
2.
Dihubungkan scaler dengan tabung Geiger Muller
3.
Dihidupkan scaler dan ditunggu beberapa saat sampai
tegangan stabil
4.
Diletakkan unsur Sr-90 pada rak tabung GM
5.
Diukur pencacahannya tanpa absorber sebanyak 3 kali
6.
Dicatat hasilnya pada data percobaan
7.
Diletakkan absorber kertas pada rak tabung GM tepat di
atas unsur Sr-90
8.
Diukur cacah background dengan menggunakan scaler
sebanyak 3 kali
9.
Dicatat hasilnya pada data percobaan
10. Diganti
absorber kertas dengan absorber alumunium
11. Diletakkan
absorber Al pada rak tabung GM tepat di atas unsure Sr-90
12. Diukur
cacah background dengan menggunakan scaler sebanyak 3 kali
13. Dicatat
hasilnya pada data percobaan
3.3.4 Co-60 dengan Absorber Kertas, Absorber Al,
dan Absorber Pb
1.
Disiapkan peralatan di atas meja percobaaan
2.
Dihubungkan scaler dengan tabung Geiger Muller
3.
Dihidupkan scaler dan ditunggu beberapa saat sampai
tegangan stabil
4.
Diletakkan unsur Co-60 pada rak tabung GM
5.
Diukur pencacahannya tanpa absorber sebanyak 3 kali
6.
Dicatat hasilnya pada data percobaan
7.
Diletakkan absorber kertas pada rak tabung GM tepat di
atas unsur Co-60
8.
Diukur cacah background dengan menggunakan scaler
sebanyak 3 kali
9.
Dicatat hasilnya pada data percobaan
10. Diganti
absorber kertas dengan absorber aluminium
11. Diletakkan
absorber Al pada rak tabung GM tepat di atas unsure Co-60
12. Diukur
cacah background dengan menggunakan scaler sebanyak 3 kali
13. Dicatat
hasilnya pada data percobaan
14. Diganti
absorber Al dengan absorber Pb
15. Diletakkan
absorber Pb pada rak tabung GM tepat di atas unsure Co-60
16. Diukur
cacah background dengan menggunakan scaler sebanyak 3 kali
17. Dicatat
hasilnya pada data percobaan
DAFTAR
PUSTAKA
Beiser, Arthur. 2004. Konsep Fisika Modern. Edisi keempat.
Jakarta : Erlangga.
Hal : 441-442, 472-473
Nelkon, M. 2000. Principles Of Atomic Physics And Electronics. Fifth Edition. London
:
Heinemann Educational Books.
Pages : 34-47
Wheeler, Gerald. F. 1997. Physics Building A World View. USA :
Prentice-Hall, Inc.
Pages
: 398-399, 468-473
Tidak ada komentar:
Posting Komentar