BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Difraksi merupakan pola penyebaran gelombang akibat
adanya halangan celah sempit pada medium merambat gelombang
tersebut.Semakinkecil halangan, penyebarangelombang semakin
besar. Dua
berkas sinar gelombang akan saling menguatkan bilamana keduanya sefase dan
sebaliknya akan saling melemahkan, bahkan saling menghapuskan, bilamana fase
keduanya saling berlawanan.Untuk menentukan, mengetahui,dan mengidentifikasi
spektrum cahaya akibat adanya pola sebarang gelombang dari efek difraksi, kita
dapat menggunakan spektrometer.
Huygens dapat menerangkan hal ini
dengan prinsipnya, yakni spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya
yang memiliki panjanggelombang berbeda dengan
adanya polagelap dan terang yang dibentuk oleh sumber cahaya yang dipancarkan
melalui celah sempit yang saling berinterferensisatu sama
lain.Gas hidrogen merupakanatom yang
paling sederhanayang ternyata, deret panjang gelombangnya mempunyaipola
tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis yangdikemukakan
oleh Balmer.Penelitian mengenaipenyebaran
gelombang cahaya yang diakibatkan oleh celah sempittelahbanyak
memberikan kontribusi untuk perkembangan optoelektronik yangmerupakan cabang
keilmuan dari fisika dikarenakan hal ini banyak terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
1.2
Tujuan
1. Untuk dapat menentukan indeks bias prisma
secara praktikum
2.
Untuk menentukan panjang gelombang spektrum warna yang dibentuk oleh prisma
3.
Untuk mengetahui dispersi cahaya dalam
medium dispersi
BAB
II
DASAR
TEORI
Kemampuan teori atom Bohr untuk
menerangkan asal-usul garis spektrum merupakan salah satu hasil yang menonjol,
sehingga dirasakan pantas untuk memulai membuka teori itu dengan menerapkannya
pada aspek spektrum atomik.Berbagai segi yang dapat diamati dari radiasi dapat
diterangkan atas dasar teori kuantum cahaya tak tergantung dari perincian
proses radiasi itu sendiri atau dari sifat materialnya.Hal ini dikemukakan
bahwa zat mampat (zat padat dan zat cair) pada setiap temperatur memancarkan
radiasi dimana terdapat panjang gelombang walaupun dengan intensitas yang
berbeda – beda. Dari penemuan itu, dapat disimpulkan bahwa banyak atom yang
berinteraksi kolektifketimbang perilaku karakteristik atau individu unsur
tertentu.
Jika gas atomik atau
uap atomik yang bertekanan sedikit dibawah tekanan atmosfer “dieksitasikan”
biasanya dengan melakukan arus listrik, radiasi yang dipancarkan mempunyai spektrum
yang berisi hanya panjang gelombang tertentu saja.Susunan ideal untuk mengamati
spektrum yang berisi hanya panjang gelombang tertentu saja.Pada ekstrim yang
lain, atom atau molekul pada gas bertekanan rendah berjarak rata – rata cukup
jauh sehingga interaksi hanya terjadi pada saat tumbukan yang kadang – kadang
terjadi. Dalam keadaan seperti ini, radiasi yang dipancarkan merupakan
karakteristik dari atom atau molekul secara individu yang terdapat disitu.
Spektrometer yang
sesungguhnya memakai kisi difraksi menunjukkan spektrum atomik untuk beberapa
unsur. Spektrum seperti ini disebut spektrum garis emisi.Setiap
unsurmemperlihatkan spektrum garis yang unik bila sampelnya dalam fase uap
dieksitasikan.Untuk menganalisis komposisi zat yang tak diketahui digunakan
alat spektroskopi.Spektrum gas molekular atau uap molekular berisi pita – pita
yang terdiri dari banyak sekali garis yang terletak sangat berdekatan.Pita
timbul dari rotasi dan vibrasi (getaran) atom yang tereksitasi elektronis.Bila
cahaya putih dilewatkan melalui gas, ternyata gas itu akan menyerap cahaya
dengan panjang gelombang tertentu dari panjang gelombang yang terdapat pada spektrum
emisi.Spektrum garis absorbsi yang terjadi terdiri dari latar belakang yang
terang ditumpangi oleh garis gelap yang bersesuaian dengan panjang gelombang
yang diserap.
(Arthur Beiser,
1983)
Saat seberkas cahaya putih masuk
mengenai permukaan sebuah prismakaca pada beberapa sudut,sudut bias untuk
panjang gelombang yang lebih pendek yang mendekati ujung ungu dari spektrum
cahaya tampak sedikit lebih besar dari sudut bias untuk panjang gelombang yang
menuju ujung merah pada spektrum cahaya tampak tersebut. Dispresi merupakan
kebergantungan indeks bias pada panjang gelombang yang berarti juga pada
frekuensi. Indeks bias sebuah material sedikit bergantung pada panjang
gelombang. Indeks bias beberapa material transparan untuk cahaya natrium
(sodium) dengan panjang gelombang 589nm. Cahaya dengan panjang gelombang lebih
pendek dibelokan lebih besar dari cahaya dengan panjang gelombang lebih
panjang.Berkas cahaya putih disebar atau didispersikan ke dalam menjadi
warna-warna komponen atau panjang gelombang-panjang gelombang.
Sebuah contoh pendispersian cahaya adalahpembentukan pelangimelalui
pembiasancahaya matahari dalam tetes-tetes air.Konstruksi Descartes tentang
berkas-berkas sinar paralel dari cahaya yang masuk pada sebuah tetes air sferis
yang mula-mula sinar tersebut dibiaskan saat memasuki tetesan air tersebut.
Kemudian sinar-sinar tersebut dipantulkan dari belakang permukaan tetesan air
dan akhirnya dibiaskan lagi saat meninggalkan tetesan air tersebut.Sinar 1
memasuki tetesan air sepanjang diameter tetesan dengan sudut datang nol dan
dipantulkan kembali sepanjang lintasan masuknya.Sinar 2 masuk sedikit di atas
diameter dan keluar dibawah diameter dengan sudut kecil. Sinar-sinar yang masuk
makin jauh dari garis tengah keluar
dengan sudut-sudut yang makin besar hingga sinar 7, seperti ditunjukan oleh
garis halus sinar-sinar yang masuk di atas sinar 7 keluar dengan sudut makin
kecil yang mendekati diameter. Sudutyang terbentuk merupakan sebuah konsentrasi
sinar.Sinar keluar dengan sudut mendekati sudut maksimum.Konsentrasi sinar-sinar
di dekat sudut maksimum ini yang menimbulkan pelangi.Melalui konstruksi dengan
memakai hukum pembiasan, Descartes menunjukan bahwa sudut maksimum kira-kira 42o.Untuk
mengamati pelangi, harus dilihat tetesan-tetesan air pada sudut 42o
relatif terhadap garis membelakangi matahari.Jadi jari-jari sudut pelangi
adalah 42o.Jari-jari sudut pelangi dapat dihitung dari hukum-hukum
pemantulan dan pembiasan. Seberkas sinar cahaya yang masuk pada sebuah tetes
air sferis pada titik A menunjukkan sudut bias 2yang
di hubungkan dengan sudut datang oleh hukum snellius:
nudara sinθ1
= nair sinθ2 …………………………………………………………………... (2.1)
( Paul
A.Tipler,1996 )
Daya dispersi atau daya uraian warna
adalah ukuran kemampuan menguraikan warna dari prisma kecuali ditentukan oleh
besarnya variasi indeks bias terhadap warna; juga oleh sudut puncak prisma.Dispersimelalui
pembiasanakan mengakibatkan terjadinya uraian warna yang dibentuk oleh prisma
dan dikatakan mengakibatkan terjadinya aberasi kromatis.
Aberasi kromatis dapat
dieliminasi dengan mempergunakan lensa gabungan yang terdiri atas dua lensa
tipis yang ditempelkan merapat satu sama lain sedemikian hingga jarak fokus
sistem dua lensa tipis itu sama untuk garis F maupun garis C yang dengan
menerapkan rumus untuk jarak fokus lensa tipis akan berarti.Syarat akromatis
dapat juga dinyatakan dalam hubungan dengan daya dispersi, yaitu dengan
menerapkan jarak fokus lensa tipis dan dengan mengingat daya dispersi.Oleh
aberasi kromatis itu, titik fokusnya terurai menjadi titik-titik fokus untuk
masing-masing warna,sehingga bayangan berupa tumpukan bayangan dengan warna
yang berbeda-beda. Terjadinya uraian warna oleh prisma
tentu disebabkan oleh perbedaan pembelokan yang berarti perbedaan indeks bias
bagi masing-masing warna penyusun cahaya yang masuk ke medium prisma, dimana
warna biru lebih dibelokan yang berarti mempunyai indeks bias lebih besar, yang
berarti pula kecepatannya lebih rendah dari pada warna hijau yang lebih
dibelokkan dari pada warna kuning yang lebih dibelokkan dari pada warna merah.
Berdasarkan uraian
warna oleh difraksi, ternyata urutan warna biru, hijau, kuning, merah,
berhubungan dengan panjang gelombang cahaya sebagai gelombang elektromagnetik
yang panjang gelombangnya bervariasi dari sekitar 4000Å sampai seskitar 7000Å
dimana 1Å = 10-8cm. Jadi semakin pendek panjang
gelombang cahayanya,makin besar indeks biasnya yang berarti makin besar
merosotnya kecepatannya sewaktu melintas
medium.
Sebenarnya yang
menentukan warna cahaya bukanlah panjang gelombang, melainkan frekuensinya
sebagai gelombang elektromagnetik.Karena frekuensi cahaya tidak mengalami
perubahan sewaktu cahaya melintas dari satu medium ke medium lain, maka yang
mengalami perubahan adalah panjang gelombangnya, yaitu akibat adanya perubahan
kecepatan sewaktu melintas perbatasan kedua medium.
Sudut deviasi δ yaitu sudut antara sinar datang dan
sinar terbias sampai keluarmeninggalkan prisma. Secara geometris dari Δ N1MN2,
sudut deviasi itu adalah :
δ = 1800 -
<M = < N1 + < N2 = ( α1– β1
) + ( α2 – β2 ) =( α1 – α2) + (β1
– β2 ) ……….….(2.2)
Sedangkan dari segi empat AN1BN2
di dapatkan:
< A + <B = 360o
– 90o = 180o ...........................................................................................(2.3)
Akan tetapi di dalam Δ N1BN2 terlihat bahwa :
< B = 180o - (β1 + β2 )
……………………………………………………………….......(2.4)
Jadi :
(β1 + β2
) = < A sehingga δ = α1+ α2
-< A …………………………………...……….....(2.5)
Yang memperlihatkan bahwa merupakan fungsi dan < A sedangkan berkaitan dengan melalui rumus snellius n1 sin n2 sin Teori gelombang elektromagnetik cahaya dapat
menerangkan bahwa interferensi dan difraksi merupakan peristiwa terjadinya pola
gelap dan terang berselang-seling atas bayangan benda sumber cahaya. Dua berkas
sinar gelombang akan saling menguatkan bilamana keduanya sefase dan sebaliknya
akan saling melemahkan, bahkan saling menghapuskan, bilamana fase keduanya
saling berlawanan.
Dengan mengingat rumus
jarak fokus sistem dua lensa serta mendeferensialkan jarak fokus fterhadap N
serta menyamakannya dengan nol, yaitu df/dN = 0, akan diperoleh syarat
akromatis :
T= ½ (f1+f2)
....................................................................................................................(2.6)
( Dr. Peter Soedojo, 2004 )
Cahaya merupakan gelombang transversal
yang termasuk gelombang elektromagnetik. Sifat-sifat cahaya diantaranya adalah
dapat mengalamai pelenturan (difraksi) dan diuraikan (dispersi). Apabila suatu
berkas cahaya putih jatuh pada sebuah permukaan prisma kaca dengan
menbentuk sudut terhadap permukaan tersebut kemudian melewati prisma tersebut,
maka cahaya putih tersebut akan diuraikan atau didispersikan menjadi
spektrum-spektrum warna. Hasil tersebut dapat diamati menggunakan spektrometer
prisma sehingga dapat diketahui sudut deviasi dari cahaya tersebut dan melalui
hukum Snellius dapat diketahui indeks biasnya. Spektrometer prisma merupakan alat yang juga digunakan untuk
melihat spektrum dari suatu sumber cahaya. Susunan spektrometer prisma terdiri
dari komponen-komponen kolimator, teleskop, meja spectrometer, dan skala.
Jika seberkas cahaya yang berasal dari suatu sumber cahaya
mengenai suatu prisma maka berlaku kedua peristiwa refraksi dan dispersi,
dimana pada peristiwa tersebut pada prisma diperoleh sudut deviasi minium yang
merupakan sudut yang terbentuk oleh perpanjangan dari sinar datang (i1)
dengan sinar bias yang terakhir (r2) sehingga akibat dari peristiwa
tersebut dapat ditentukan sudut deviasi minimum tiap garis spektrum sumber
cahaya. Prisma adalah suatu medium yang dibatasi oleh dua permukaan yang
membentuk sudut A. Dianggap bahwa medium tersebut mempunyai indeks bias n dan
dikelilingi oleh suatu medium seperti udara yang berindeks satu. Sinar datang
PQ mengalami dua pembiasan dan keluar dengan terdeviasi membentuk sudut D
terhadap arah datangnya.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan
Fungsi
1. Spektrometer
Fungsi : Untuk mengamati spektrum cahaya
yang terurai setelah melewati suatu
medium sehingga membentuk
suatu spektrum.
a. Kolimator
Fungsi : Untuk
mensejajarkan berkas sinar yang keluar dari celah.
b. Teleskop
Fungsi : Untuk
melihat spektrum cahaya yang dihasilkan prisma
c. Meja
Spektrometer
Fungsi : Untuk
tempat meletakkan prisma.
d. Skala
utama dan nonius
Fungsi : Untuk
menunjukkan besar sudut yang dihasilkan dari pembiasan lensa.
2. Prisma
Fungsi : Untuk mengubah sinar
polikromatis menjadi monokromatis.
3. Lampu Na, Hg, Cd
Fungsi : Untuk sumber cahaya.
4.
Induktor Rumhkorf
Fungsi : Untuk
menyimpan energi.
5.
Loop
Fungsi : Untuk
melihat pembacaan skala pada spektrometer
6.
Statif
Fungsi
: Sebagai penyangga
3.2 Prosedur Percoabaan
1. Dipersiapkan semua peralatan.
2. Disusun
peralatan.
3. Disejajarkan kolimator dengan celah lampu
tabung.
4. Dipasang lampu Cd, Hg, Na secara bergantian
pada tabung lampu.
5. Dihidupkan indikator Rumhkorf yang sudah
terhubung dengan PLN.
6. Dicari sinar yang terbentuk secara vertikal
yang disejajarkan dengan kolimator.
7. Dibaca skala sebagai standard.
8. Diletakkan prisma pada meja prisma.
9. Diteropong dan digeser ke kiri atau ke kanan
untuk mencari spektrum warna yang
didispersikan oleh prisma.
10. Dibaca
skala pada spektrometer.
11. Dihitung sudut yang
ditunjukkan pada skala spektrometer dan dicatat data percobaan
pada kertas data percobaan.
12. Dimatikan indikator
Rumhkorf setelah semua spektrum warna telah didapati.
13. Dikembalikan semua
peralatan ketempat semula.
3.1
Gambar
Percobaan
(Terlampir)
3.4
Diagram Alir
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1983. KONSEP FISIKA
MODERN. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Halaman : 136 - 138
Soedojo, peter. 2004. FISIKA DASAR.
Edisi Kedua. Yogyakarta : Andi.
Halaman : 108 – 111 dan 117
Tipler, Paul. A. 1996. FISIKA. Edisi
Ketiga. Jilid 1.Jakarta : Erlangga.
Halaman : 452 - 454
Diakses
pada tanggal : 23 Oktober 2013
Pukul :
08.10 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar